Saturday, August 29, 2020

Sawit Penyelamat Pertumbuhan Ekonomi Riau


Pekan terakhir harga TBS sawit naik. Ekonomi petani sawit di Riau membaik, akan mendorong konsumsinya dan berdampak efek domino.
 

PEKANBARU-Ekonomi Riau berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan II-2020 mencapai Rp168,10 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp117,56 triliun. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya mengalami tumbuh minus 4,49 persen dan selama semester I-2020, tumbuh minus 0,50 dibandingkan semester I tahun lalu.

Hal itu diungkapkan Ekonom Universitas Riau, Dahlan Tampubolon P.hd, Ahad (30/8/20). Menurutnya, di Sumatera, Riau berada di urutan kedua setelah Sumatera Utara dan di secara nasional urutan ke-6 pembentuk PDB. Diharapkan pada penggal kedua tahun 2020, terjadi pertumbuhan yang cukup untuk menggerakan ekonomi agregat sehingga hingga akhir tahun bisa tumbuh 2,32 persen.
"Perkembangan ekonomi Riau sangat bergantung perbaikan ekonomi global, khususnya China sebagai tujuan ekspor utama," terangnya.

Di masa pandemi wabah covid ini, tambahnya, ekonomi Riau maupun nasional anjlok menyebabkan penurunan kesejahteraan masyarakat. Namun ada berkah di saat wabah, ekonomi Cina masih tumbuh sehingga harga CPO membaik. Harga sawit di Riau minggu terakhir di atas Rp. 1500 per kg untuk umur 4 tahun dan di atas Rp. 2000 per kg untuk umur di atas 10 tahun, karena harga CPO sudah mencapai di atas Rp. 9000 per kg.

"Di dalam struktur ekonomi Riau menurut pengeluaran, 41,79% terbentuk dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, tumbuh minus 5,8% (dibanding periode yang sama tahun lalu). Kalau ekonomi petani sawit di Riau membaik, akan mendorong konsumsinya. Konsumsi pokok diperoleh dari masyarakat sekitar, yang bukan hanya petani sawit. Setelah kebutuhan primernya terpenuhi, petani sawit menghabiskan konsumsinya untuk kebutuhan sekunder, maka bisa kita lihat di hari Sabtu dan Ahad kemarin antrian masuk di Mal Pekanbaru dan café yang mulai beroperasi hingga malam," terangnya.

Sektor jasa-jasa yang tumbuh minus perlahan terbantu dengan adanya peningkatan konsumsi masyarakat, terutama petani sawit ini. Hunian hotel mulai membaik dengan okupansi yang jauh lebih tinggi dibanding April dan Mei. Ini akan memperbaiki peluang kerja, dan para pekerja yang dirumahkan akan kembali bekerja. Dengan demikian mereka kembali punya penghasilan dan memiliki daya beli untuk menggerakkan ekonomi.

Sektor akomodasi dan penyediaan makan minum paling terpukul ketika April hingga akhir Juni, akan kembali membaik di Agustus ini karena perilaku kebiasaan baru masyarakat dalam menghadapi covid dan juga daya beli yang semakin baik dimana ada lebih 580 ribu kepala keluarga petani sawit yang menikmati keberkahan harga sawit.

Bukan hanya sektor akomodasi yang bergerak dengan membaiknya pendapatan petani sawit. Sektor perdagangan dan reparasi juga semakin baik. Kebutuhan petani sawit yang selama ini belum terpenuhi, akan dibeli saat pendapatan mereka membaik. Pergerakan uang di Riau dari sektor perdagangan dan reparasi 10,33% dari PDRB, kalau kinerja sektor ini membaik, akan mendorong perbaikan ekonomi Riau, terutama di perkotaan yang selama ini terdampak Covid.

Demikan halnya dengan reparasi atas kenderaan yang dimiliki oleh petani sawit. Ketika harga TBS rendah dan adanya pembatasan pergerakan manusia, mereka menahan untuk mengurangi mobilitas, selain keperluan mendesak. Saat ini, pendapatan mereka membaik dan adanya kelonggaran pergerakan manusia, mereka akan semakin memerlukan reparasi.

Alur melingkar ekonomi antar sektor dan juga sisi pengularan konsumsi di saat harga TBS membaik akan mendorong kenaikan ekonomi secara perlahan. Inilah keberkahan dari kenaikan harga sawit di Riau.

Pekanbaru bukan penghasil sawit, tapi Pekanbaru sangat merasakan kenaikan harga sawit, dari konsumsi masyarakat yang melakukan pergerakan ke kota untuk memenuhi kebutuhannya juga menikmati akhir pekannya.

0 comments:

Post a Comment