Pekan terakhir harga TBS sawit naik. Ekonomi petani sawit di Riau membaik, akan mendorong konsumsinya dan berdampak efek domino.
PEKANBARU-Ekonomi Riau berdasarkan besaran
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan
II-2020 mencapai Rp168,10 triliun dan atas dasar harga konstan 2010
mencapai Rp117,56 triliun. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
mengalami tumbuh minus 4,49 persen dan selama semester I-2020, tumbuh
minus 0,50 dibandingkan semester I tahun lalu.
Hal itu diungkapkan Ekonom Universitas Riau, Dahlan Tampubolon P.hd,
Ahad (30/8/20). Menurutnya, di Sumatera, Riau berada di urutan kedua
setelah Sumatera Utara dan di secara nasional urutan ke-6 pembentuk PDB.
Diharapkan pada penggal kedua tahun 2020, terjadi pertumbuhan yang
cukup untuk menggerakan ekonomi agregat sehingga hingga akhir tahun bisa
tumbuh 2,32 persen. "Perkembangan ekonomi Riau sangat bergantung perbaikan ekonomi global, khususnya China sebagai tujuan ekspor utama," terangnya.
Di masa pandemi wabah covid ini, tambahnya, ekonomi Riau maupun
nasional anjlok menyebabkan penurunan kesejahteraan masyarakat. Namun
ada berkah di saat wabah, ekonomi Cina masih tumbuh sehingga harga CPO
membaik. Harga sawit di Riau minggu terakhir di atas Rp. 1500 per kg
untuk umur 4 tahun dan di atas Rp. 2000 per kg untuk umur di atas 10
tahun, karena harga CPO sudah mencapai di atas Rp. 9000 per kg.
"Di dalam struktur ekonomi Riau menurut pengeluaran, 41,79% terbentuk
dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, tumbuh minus 5,8% (dibanding
periode yang sama tahun lalu). Kalau ekonomi petani sawit di Riau
membaik, akan mendorong konsumsinya. Konsumsi pokok diperoleh dari
masyarakat sekitar, yang bukan hanya petani sawit. Setelah kebutuhan
primernya terpenuhi, petani sawit menghabiskan konsumsinya untuk
kebutuhan sekunder, maka bisa kita lihat di hari Sabtu dan Ahad kemarin
antrian masuk di Mal Pekanbaru dan café yang mulai beroperasi hingga
malam," terangnya.
Sektor jasa-jasa yang tumbuh minus perlahan terbantu dengan adanya
peningkatan konsumsi masyarakat, terutama petani sawit ini. Hunian
hotel mulai membaik dengan okupansi yang jauh lebih tinggi dibanding
April dan Mei. Ini akan memperbaiki peluang kerja, dan para pekerja
yang dirumahkan akan kembali bekerja. Dengan demikian mereka kembali
punya penghasilan dan memiliki daya beli untuk menggerakkan ekonomi.
Sektor akomodasi dan penyediaan makan minum paling terpukul ketika April
hingga akhir Juni, akan kembali membaik di Agustus ini karena perilaku
kebiasaan baru masyarakat dalam menghadapi covid dan juga daya beli yang
semakin baik dimana ada lebih 580 ribu kepala keluarga petani sawit
yang menikmati keberkahan harga sawit.
Bukan hanya sektor akomodasi yang bergerak dengan membaiknya pendapatan
petani sawit. Sektor perdagangan dan reparasi juga semakin baik.
Kebutuhan petani sawit yang selama ini belum terpenuhi, akan dibeli saat
pendapatan mereka membaik. Pergerakan uang di Riau dari sektor
perdagangan dan reparasi 10,33% dari PDRB, kalau kinerja sektor ini
membaik, akan mendorong perbaikan ekonomi Riau, terutama di perkotaan
yang selama ini terdampak Covid.
Demikan halnya dengan reparasi atas kenderaan yang dimiliki oleh petani
sawit. Ketika harga TBS rendah dan adanya pembatasan pergerakan manusia,
mereka menahan untuk mengurangi mobilitas, selain keperluan mendesak.
Saat ini, pendapatan mereka membaik dan adanya kelonggaran pergerakan
manusia, mereka akan semakin memerlukan reparasi.
Alur melingkar ekonomi antar sektor dan juga sisi pengularan konsumsi di
saat harga TBS membaik akan mendorong kenaikan ekonomi secara perlahan.
Inilah keberkahan dari kenaikan harga sawit di Riau.
Pekanbaru bukan penghasil sawit, tapi Pekanbaru sangat merasakan
kenaikan harga sawit, dari konsumsi masyarakat yang melakukan pergerakan
ke kota untuk memenuhi kebutuhannya juga menikmati akhir pekannya.
0 comments:
Post a Comment